꧋ꦣꦫꦶꦥꦼꦚ꧀ꦗꦒꦏꦼꦣꦻꦴꦭꦠꦤ꧀ꦲꦶꦁꦒꦥꦼꦔꦮꦭ꧀ꦧꦸꦣꦪ

꧋ꦣꦫꦶꦥꦼꦚ꧀ꦗꦒꦏꦼꦣꦻꦴꦭꦠꦤ꧀ꦲꦶꦁꦒꦥꦼꦔꦮꦭ꧀ꦧꦸꦣꦪ

꧋ꦣꦫꦶꦥꦼꦚ꧀ꦗꦒꦏꦼꦣꦻꦴꦭꦠꦤ꧀ꦲꦶꦁꦒꦥꦼꦔꦮꦭ꧀ꦧꦸꦣꦪ

꧋ꦏꦼꦧꦼꦫꦣꦄꦤ꧀ꦥꦿꦗꦸꦫꦶꦠ꧀ꦏꦼꦫꦠꦺꦴꦤ꧀ꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦠꦠꦶꦣꦏ꧀ꦧꦶꦱꦣꦶꦊꦥꦱ꧀ꦏꦤ꧀ꦝꦫꦶꦥꦼꦫꦁꦄꦤ꧀ꦠꦫꦥꦔꦺꦫꦤ꧀ꦩꦁꦏꦸꦧꦸꦩꦶꦩꦼꦭꦮꦤ꧀ꦮ꦳ꦺꦴꦕ꧀(꧇꧑꧗꧔꧖꧇꧇꧑꧗꧕꧕꧇)꧉ꦣꦭꦩ꧀ꦥꦼꦫꦁꦪꦁꦣꦶꦱꦼꦧꦸꦠ꧀ꦗꦸꦒꦱꦼꦧꦒꦻ"ꦥꦼꦫꦁꦩꦁꦏꦸꦧꦸꦩꦺꦤ꧀"ꦆꦤꦶ꧈ꦥꦔꦺꦫꦤ꧀ꦩꦁꦏꦸꦧꦸꦩꦶꦣꦶꦧꦤ꧀ꦠꦸꦎꦭꦺꦃꦧꦚꦏ꧀ꦥꦶꦲꦏ꧀‌ꦠꦼꦂꦩꦱꦸꦏ꧀ꦏꦼꦫꦧꦠ꧀ꦝꦫꦶꦭꦶꦁꦏꦸꦔꦤ꧀ꦏꦼꦫꦠꦺꦴꦤ꧀꧈ꦣꦶꦄꦤ꧀ꦠꦫꦚꦄꦣꦫꦣꦺꦤ꧀ꦫꦁꦒꦥꦿꦮꦶꦫꦱꦺꦤ꧀ꦠꦶꦏ꧈ꦥꦔꦺꦫꦤ꧀ꦲꦣꦶꦮꦶꦗꦪ꧈ꦥꦔꦺꦫꦤ꧀ꦱꦶꦔꦱꦫꦶ꧈ꦥꦔꦺꦫꦤ꧀ꦲꦔꦧꦺꦲꦶ꧈ꦣꦤ꧀ꦫꦣꦺꦤ꧀ꦩꦱ꧀ꦱꦻꦣ꧀꧈ꦧꦼꦧꦼꦫꦥꦏꦼꦫꦧꦠ꧀ꦠꦼꦂꦱꦼꦧꦸꦠ꧀ꦩꦼꦩꦶꦭꦶꦏꦶꦥꦱꦸꦏꦤ꧀ꦱꦼꦤ꧀ꦝꦶꦫꦶꦪꦁꦠꦼꦤ꧀ꦠꦸꦱꦗꦠꦸꦫꦸꦠ꧀ꦱꦼꦂꦠꦣꦭꦩ꧀ꦥꦼꦫꦁꦪꦁꦣꦶꦗꦭꦤ꧀ꦏꦤ꧀ꦎꦭꦺꦃꦥꦼꦩꦶꦩ꧀ꦥꦶꦤ꧀ꦩꦼꦫꦺꦏ꧉


꧋ꦥꦼꦫꦁꦩꦁꦏꦸꦧꦸꦩꦺꦤ꧀ꦧꦼꦫꦏ꦳ꦶꦂꦣꦼꦔꦤ꧀ꦝꦶꦱꦼꦥꦏꦠꦶꦚꦥꦼꦂꦗꦚ꧀ꦗꦶꦪꦤ꧀ꦒꦶꦪꦤ꧀ꦠꦶ꧉ꦥꦼꦂꦗꦚ꧀ꦗꦶꦪꦤ꧀ꦒꦶꦪꦤ꧀ꦠꦶꦩꦼꦤꦤ꧀ꦝꦻꦥꦸꦭꦭꦲꦶꦂꦚꦏꦱꦸꦭ꧀ꦠꦤꦤ꧀ꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦠ꧉ꦣꦼꦔꦤ꧀ꦠꦼꦂꦧꦼꦤ꧀ꦠꦸꦏ꧀ꦚꦏꦼꦫꦗꦄꦤ꧀ꦧꦫꦸ꧈ꦩꦏꦱꦸꦣꦃꦩꦼꦚ꧀ꦗꦣꦶꦏꦼꦮꦗꦫꦤ꧀ꦄꦥꦧꦶꦭꦣꦶꦧꦼꦤ꧀ꦠꦸꦏ꧀ꦥꦸꦭꦥꦼꦫꦁꦏꦠ꧀ꦈꦤ꧀ꦠꦸꦏ꧀ꦩꦼꦚ꧀ꦗꦭꦤ꧀ꦏꦤ꧀ꦚ꧉ꦄꦧ꧀ꦝꦶꦣꦊꦩ꧀ꦱꦼꦧꦒꦻꦄꦥꦫꦠꦸꦂꦱꦶꦥꦶꦭ꧀‌ꦣꦤ꧀ꦥꦿꦗꦸꦫꦶꦠ꧀ꦱꦼꦧꦒꦻꦄꦥꦫꦠꦸꦂꦩꦶꦭꦶꦠꦺꦂ꧉ꦏꦼꦱꦠꦸꦮꦤ꧀ꦏꦼꦱꦠꦸꦮꦤ꧀ꦥꦿꦗꦸꦫꦶꦠ꧀ꦪꦁꦧꦼꦂꦥꦼꦫꦁꦣꦭꦩ꧀ꦥꦼꦫꦁꦩꦁꦏꦸꦧꦸꦩꦺꦤ꧀ꦆꦠꦸꦭꦃꦪꦁꦏꦼꦩꦸꦣꦶꦪꦤ꧀ꦩꦼꦚ꧀ꦗꦣꦶꦕꦶꦏꦭ꧀ꦧꦏꦭ꧀ꦥꦿꦗꦸꦫꦶꦠ꧀ꦏꦼꦫꦠꦺꦴꦤ꧀ꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦠ꧉


꧋ꦠꦶꦣꦏ꧀ꦩꦼꦁꦲꦺꦫꦤ꧀ꦏꦤ꧀ꦄꦥꦧꦶꦭꦏꦼꦩꦸꦣꦶꦪꦤ꧀ꦏꦼꦏꦸꦮꦠꦤ꧀ꦩꦶꦭꦶꦠꦺꦂꦏꦼꦫꦠꦺꦴꦤ꧀ꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦠꦥꦣꦩꦱꦱꦿꦶꦱꦸꦭ꧀ꦠꦤ꧀ꦲꦩꦼꦁꦏꦸꦧꦸꦮꦤ꧇꧑꧇ꦠꦼꦂꦒꦺꦴꦭꦺꦴꦁꦱꦔꦠ꧀ꦏꦸꦮꦠ꧀꧈ꦱꦼꦧꦒꦻꦒꦩ꧀ꦧꦫꦤ꧀‌ꦥꦣꦠꦲꦸꦤ꧀꧇꧑꧗꧘꧑꧇꧈ꦱꦿꦶꦱꦸꦭ꧀ꦠꦤ꧀ꦲꦩꦼꦁꦏꦸꦧꦸꦮꦤ꧇꧑꧇ꦩꦩ꧀ꦥꦸꦩꦼꦩꦼꦤꦸꦲꦶꦥꦼꦂꦩꦶꦤ꧀ꦠꦄꦤ꧀ꦧꦤ꧀ꦠꦸꦮꦤ꧀ꦝꦫꦶꦧꦼꦭꦤ꧀ꦝꦪꦁꦱꦼꦣꦁꦧꦼꦂꦥꦼꦫꦁꦩꦼꦭꦮꦤ꧀ꦆꦁꦒꦿꦶꦱ꧀꧈ꦱꦿꦶꦱꦸꦭ꧀ꦠꦤ꧀ꦲꦩꦼꦁꦏꦸꦧꦸꦮꦤ꧇꧑꧇ꦩꦼꦔꦶꦫꦶꦩ꧀꧇꧑꧑꧓꧒꧇ꦥꦿꦗꦸꦫꦶꦠ꧀ꦏꦼꦧꦠꦮ꦳ꦶꦪ꧉ꦗꦸꦩ꧀ꦭꦃꦆꦠꦸꦠꦼꦂꦣꦶꦫꦶꦣꦫꦶ꧇꧑꧐꧐꧐꧇ꦥꦿꦗꦸꦫꦶꦠ꧀ꦧꦶꦪꦱ꧈꧇꧑꧐꧐꧇ꦥꦱꦸꦏꦤ꧀ꦩꦶꦭꦶꦏ꧀ꦥꦸꦠꦿꦩꦃꦏꦺꦴꦠ(ꦄꦣꦶꦥꦠꦶꦄꦤꦺꦴꦩ꧀)꧈ꦣꦤ꧀꧇꧓꧒꧇ꦥꦼꦂꦮꦶꦫꦪꦁꦠꦼꦂꦣꦶꦫꦶꦣꦫꦶꦥꦫꦥꦔꦺꦫꦤ꧀꧈

Dari Penjaga Kedaulatan Hingga Pengawal Budaya

JGST

Keberadaan Prajurit Keraton Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari perang antara Pangeran Mangkubumi melawan VOC (1746-1755). Dalam perang yang disebut juga sebagai "Perang Mangkubumen" ini, Pangeran Mangkubumi dibantu oleh banyak pihak, termasuk kerabat dari lingkungan keraton. Di antaranya ada Raden Rangga Prawirasentika, Pangeran Hadiwijaya, Pangeran Singasari, Pangeran Hangabehi, dan Raden Mas Said. Beberapa kerabat tersebut memiliki pasukan sendiri yang tentu saja turut serta dalam perang yang dijalankan oleh pemimpin mereka.
 
 
Perang Mangkubumen berakhir dengan disepakatinya Perjanjian Giyanti. Perjanjian Giyanti menandai pula lahirnya Kasultanan Yogyakarta. Dengan terbentuknya kerajaan baru, maka sudah menjadi kewajaran apabila dibentuk pula perangkat untuk menjalankannya. Abdi Dalem sebagai aparatur sipil, dan prajurit sebagai aparatur militer. Kesatuan-kesatuan prajurit yang berperang dalam Perang Mangkubumen itulah yang kemudian menjadi cikal bakal Prajurit Keraton Yogyakarta.
 
 
Tidak mengherankan apabila kemudian kekuatan militer Keraton Yogyakarta pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono I tergolong sangat kuat. Sebagai gambaran, pada tahun 1781, Sri Sultan Hamengku Buwono I mampu memenuhi permintaan bantuan dari Belanda yang sedang berperang melawan Inggris. Sri Sultan Hamengku Buwono I mengirim 1132 prajurit ke Batavia. Jumlah itu terdiri dari 1000 prajurit biasa, 100 pasukan milik Putra Mahkota (Adipati Anom), dan 32 perwira yang terdiri dari para pangeran.

Dari Penjaga Kedaulatan Hingga Pengawal Budaya

JGST

Keberadaan Prajurit Keraton Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari perang antara Pangeran Mangkubumi melawan VOC (1746-1755). Dalam perang yang disebut juga sebagai "Perang Mangkubumen" ini, Pangeran Mangkubumi dibantu oleh banyak pihak, termasuk kerabat dari lingkungan keraton. Di antaranya ada Raden Rangga Prawirasentika, Pangeran Hadiwijaya, Pangeran Singasari, Pangeran Hangabehi, dan Raden Mas Said. Beberapa kerabat tersebut memiliki pasukan sendiri yang tentu saja turut serta dalam perang yang dijalankan oleh pemimpin mereka.
 
 
Perang Mangkubumen berakhir dengan disepakatinya Perjanjian Giyanti. Perjanjian Giyanti menandai pula lahirnya Kasultanan Yogyakarta. Dengan terbentuknya kerajaan baru, maka sudah menjadi kewajaran apabila dibentuk pula perangkat untuk menjalankannya. Abdi Dalem sebagai aparatur sipil, dan prajurit sebagai aparatur militer. Kesatuan-kesatuan prajurit yang berperang dalam Perang Mangkubumen itulah yang kemudian menjadi cikal bakal Prajurit Keraton Yogyakarta.
 
 
Tidak mengherankan apabila kemudian kekuatan militer Keraton Yogyakarta pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono I tergolong sangat kuat. Sebagai gambaran, pada tahun 1781, Sri Sultan Hamengku Buwono I mampu memenuhi permintaan bantuan dari Belanda yang sedang berperang melawan Inggris. Sri Sultan Hamengku Buwono I mengirim 1132 prajurit ke Batavia. Jumlah itu terdiri dari 1000 prajurit biasa, 100 pasukan milik Putra Mahkota (Adipati Anom), dan 32 perwira yang terdiri dari para pangeran.